Tuesday, October 18, 2011

Contoh Makalah Universalitas Islam

UNIVERSALITAS ISLAM

A. Definisi  Universalitas Islam
1.  Universalitas menurut bahasa
     Universalitas berasal dari bahasa Inggris “universal” yang berarti semesta dunia.
     Universally yaitu disukai di seluruh dunia. Universe berarti seluruh bidang.
2.  Universalitas menurut istilah
     Universalitas Islam adalah risalah yang universal sekaligus konfrehensif dan lengkap, dia adalah agama dan negara hukum dan ideology, prinsip dan aplikasi, teori dan praktek serta selalu relevan untuk semua tempat dan jaman
B. Islam Agama yang Universalitas
Telah lama diyakini bahwa Islam adalah agama, aturan dan sistem hidup yang universal. Dari sejak kelahirannya yang resmi Juni 610 M hingga sekarang ini, semua konsep Islam yang dibangun sepanjang sekitar 23 tahun itu hidup dan bergerak dalam sejarah dengan percaya diri sebagai salah satu alternatif yang dapat dipakai manusia untuk mengatur kehidupannya.  Sistem nilainya, telah diklaim, dapat menghantarkan manusia kepada kedamaian, kesejahteraan dan keadilan universal, tidak saja bagi manusia tetapi juga bagi alam sekitar.
Dalam kenyataannya, Islam beserta kaum muslimin mengalami pasang surut dalam mengisi dunia ini. Pernah ketika jaya, Islam dan kaum muslimin memiliki imperium yang terbesar sepanjang sejarah, baik dalam keluasan teritorial maupun dalam ketinggian ilmu, kesejahteraan rakyat dan keadilan hukum. Itulah saat dimana umat Islam dapat dikatakan sebagai pembawa rahmatan lil ‘alamin, pembawa rahmat bagi semua makhluk.
Tetapi pernah pula Islam dan kaum muslimin berada dititik nadir, yakni pada waktu ia tidak memiliki peran apapun yang signifikan terhadap umat manusia. Bahkan, ia dianggap dapat menjadi contoh kegagalan sebuah sistem nilai mempengaruhi penganutnya. Ini terjadi ketika, misalnya, para pemimpin formal umat Islam – yakni para khalifah – saling membunuh untuk memperoleh dan mempertahankan kekuasaan, padahal telah diakui bahwa Islam adalah dasar dari semua peraturan dan hukum yang menopang kekhalifahan/kerajaan.
Atas fakta naik turunnya Islam dan kaum muslimin itu, menjadi menarik untuk ditelaah bagaimanakah ‘enak’nya memaknai universalitas Islam ini. By default, Islam adalah aturan dan sistem hidup yang universal, seperti dapat disimpulkan setidaknya dari dua ayat dalam Qur’an berikut. ‘…pada hari ini orang-orang kafir telah putus asa untuk (mengalahkan) agamamu, sebab itu janganlah kamu takut kepada mereka dan takutlah kepadaKu. Pada hari ini telah Kusempurnakan untukmu agamamu, dan telah Kucukupkan kepadamu nikmatKu, dan telah kuridhai Islam itu jadi agama bagimu…’ (al - Maidah 3) dan ‘…tetapi dia adalah rasulullah dan penutup para  nabi’    (al - Ahzab 40).
Kesempurnaan dan universalitas konsep sistem hidup Islam ini telah nyata-nyata ditulis dalam ayat yang pertama tadi, sebagaimana juga dinyatakan dalam ayat berikutnya bahwa pembawa sistem itu, nabi Muhammad saw, adalah tahap akhir dari rangkaian misi kenabian selama ribuan tahun. Dengan demikian, tidaklah akan ada lagi pembaharuan terhadap sistem nilai Islam ini, seperti halnya tidaklah bakal turun seorang nabi lagi.
Universalitas sistem Islam ini berlaku setidaknya dalam 3 hal.
1.  Universal dalam waktu.
Islam dan seluruh sistem nilainya dapat berlaku dan diberlakukan disemua jaman, kapan saja. Mulai dari dahulu ketika Rasulullah Muhammad saw masih hidup, disekitar tahun 610 sampai tahun 630 an, berlanjut ke jaman kekhalifahan dan kerajaan-2 Islam selama lebih dari 15 abad, sampai kini dan yang akan datang hingga hari akhir.
2.  Universal dalam tempat.
Sistem nilai Islam juga dapat berlaku dan diberlakukan disemua tempat didunia ini, dimana saja. Dari daerah-daerah di utara seperti Canada, Siberia, Rusia, Swedia, daerah kutub utara dll sampai di daerah-daerah selatan seperti Amerika Latin, Australia, Afrika Selatan dan kutub selatan. Ini penting disebut karena dalam sholat misalnya, waktu-waktunya berbeda secara signifikan dengan daerah dimana Islam lahir. Pelaksanaan ajaran Islam tidak bergantung atau tergantung kepada dimensi tempat.
3.      Perkembangan peradaban.
Ini artinya, sistem Islam dapat berlaku dan diberlakukan dalam semua jenis peradaban manusia yang pernah, sedang dan akan berlangsung. Didalam masyarakat yang sederhana dan kuno, Islam dapat berlaku dan diberlakukan. Didalam negara yang dijalankan dengan sistem komunis, sosialis ataupun kapitalis, bagi penduduk ditempat-tempat seperti itu, Islam masih bisa berlaku dan diberlakukan. Tidak tertinggal, didalam masyarakat yang sangat modern seperti sekarang inipun, nilai-nilai Islam juga masih dapat diterapkan dan diberlakukan.  
Pertanyaannya adalah bagaimana cara menerapkan dan memberlakukan sistem nilai Islam dalam sebuah komunitas yang untuk sebagian besarnya tidak islami ? Telah diketahui bahwa setiap amal didalam Islam selalu memiliki dua sisi yang selalu berhubungan, yakni sisi infiradi dan sisi jama’i. Sisi infiradi adalah amal yang sifatnya pribadi, sedangkan sisi jama’i adalah amal yang sifatnya komunal.
Nabi saw telah mewariskan bahwa kadang suatu amal ditekankan sifatnya ke sisi infiradi, sedang untuk amal yang lain ditekankan sifatnya ke sisi jama’i. Sholat misalnya, dapat dilakukan sendirian tetapi dapat pula dilakukan secara berjama’ah, dimana pahalanya akan meningkat 27 kali. Zakat adalah kewajiban pribadi setiap muslim dan ia dapat mengeluarkannya sendiri-sendiri, tetapi bila dikelola secara bersama-sama akan memberikan efek positif yang berlipat-lipat. Seperti ini pulalah dengan setiap amal yang lain, baik sunnah maupun wajib, termasuk berjuang di jalan Allah. Perjuangan akan meningkat efektifitasnya bila dilakukan secara berjama’ah.
Dalam skala yang lebih besar, yang tentu saja lebih rumit dan berat, prinsip-prinsip ekonomi yang berlandaskan ajaran-ajaran Islampun, dapat diterapkan secara pribadi dan komunal. Bertindak jujur, adil, dan memanfaatkan uang untuk hal-hal yang halal, adalah sedikit dari contoh memberlakukan sistem ekonomi Islam dalam skala pribadi.
Dengan demikian mudahlah dipahami bahwa bagi seseorang atau sebuah komunitas kecil muslim yang hidup dalam lingkungan yang tidak Islami, bukanlah tidak mungkin untuk tetap memberlakukan sistem Islam dalam kehidupannya. Setidaknya mereka ini masih dapat dengan bebas melakukan amal-amal yang sifatnya infiradi. Hanya saja, mereka ini tetap mendapat beban untuk terus menerus berikhtiar melakukan semua amal-amal Islami dalam konteks jama’i. Beban ini adalah juga beban yang diterima oleh komunitas muslim yang hidup dalam posisi mayoritas, seperti kita di tanah air.

C.  Keyakinan Universalitas Islam
Keyakinan akan universalitas ajaran Islam adalah salah satu bagian penting dari aqidatul Islamiyyah. Hal ini karena tanpa meyakini bahwa Islam dapat berlaku dan diberlakukan dalam semua dimensi waktu, tempat dan kondisi kemasyarakatan, maka seseorang memerlukan tambahan-tambahan pembelajaran untuk menambah pemahamannya akan al Islam ini.
Akan tetapi haruslah pula dikatakan bahwa penjabaran dari sikap mengakui universalitas ini, bagi seorang muttaqin – yang bertakwa--, mesti tetap merujuk pada prinsip yang juga disebutkan oleh Qur’an berikut ini. ‘Katakanlah, ‘Tiap-tiap orang berbuat/beramal menurut keadaannya masing-masing’. Maka Tuhanmu lebih mengetahui siapa yang lebih benar jalannya’ (al Isra 84).
Dengan ayat ini, Al-Qur’an mengatakan bahwa sikap taqwa ini dalam prakteknya akan disesuaikan dengan keadaan masing-masing orang. Bila seseorang hidup sebagai warga di Inggris, sikap taqwa ini juga akan dipengaruhi oleh berbagai hal yang sudah built-in di inggris. Bila seseorang menjalani hidupnya sebagai pedagang di Indonesia, misalnya, maka iapun dapat bertaqwa dengan taqwa pedagang Indonesia. Bila seseorang yang bernama Ali dan hidup 1000 tahun yang lalu disuatu tempat dimuka bumi ini, entah dimana, dan ia telah memeluk Islam, maka iapun dapat bertaqwa dengan taqwa pada jaman dan keadaan waktu itu.Itulah makna dan contoh praktis dari pengakuan atas universalitas Islam.
               Sudah terlalu banyak bukti yang dengan jelas membuktikan keunivesalan itu, bahkan ketika Islam berjaya lebih dari delapan abad tidak ada satu pun yang menandingi kejayaannya hingga saat ini. Islam unggul di seluruh bidang, ekonomi, politik, sosial, hukum, tata kemasyarakatan, budaya, pertahanan, teknologi mutakhir dan masih banyak lagi keunggulan yang lain yang luarbiasa hebatnya. Islam sebagai suatu ideologi tidak akan pernah amti dan sepi peminat selama umat islamnya sendiri berani dengan tegas memperlihatkan identitiasnya sebagai seorang Muslim. Kini tantangan terbesar yang harus dihadapi dan segera dipecahkan adalah pembuktian diri bahwa Islam itu Rahmatallil’alamin, jika bukan orang Islam lalu siapa lagi yang akan memperjuangkan semua itu? Sedangkan saat ini musuh-musuh Islam sedang berbondong-binding untuk enhancurkan Islam baik dari dalam dengan menghadirkan konflik dan juga dari luar dengan segala fitnahnya.
Ketika Islam berjaya Islam memperlakukan secara adil seuruh masyarakat tanpa pernah memandang suku, ras bahkan agama, semua penduduk diayomi dengan baik sekalipun komunitas disitu adalah orang Nasrani. Islam memperlakukan dengan baik dan ditunaikan hak-haknya dengan baik termasuk masalah kebebasan beragama, Islam mengakui akan pluralitas dan menolak denagn tegas pluralisme. Pluralitas adalah suatu keniscayaan dan merupakan fitrah dari Allah swt yang menciptakan alam semesta ini, fitrah adalah sesuatu yang naluriah yang apabila dipertentangkan maka akan hancurlah fitrah tersebut. Islam sangat memahami hal itu sehingga Islam tidak pernah mempertentankan pluraitas dalam beragama dan bermasyarkat.
A. Islam yang Moderat Bukan Islam yang Ekstrim
Tuduhan Barat kepada dunia islam tentang Islam itu agama penjahat yang ekstrim serta tidak berperikemanusiaan jelas mengada-ada serta memberikan indikasi bahwa Barat ingin mengahuncurkan Islam dengan cara dibusukan terlebih dahulu citra baik yang sudah melekat dalam islam. Ekstrim yang dimaksud oleh barat memiliki pengertian bahwa Islam adaah agama sekaligus ideologi orang Bar-bar dimana untuk mempertahankan dan mengebangkan semua itu harus dengan melakukan perang atau pedang, sehingga penduduk dunia dibuat percaya bahwa Islam tidak akan pernah mampu memberikan kedamaian di muka bumi ini. Padahal Allah swt sendiri telah menyebutkan dalam kitab Al-Quran bahwa sanya umat Islam dan ideologinya adalah termasuka kepada golongan yang Wasathon (pertengahan/moderat). Idealnya hal ini dimengerti pula oleh seluruh manusia mengaku dirinya sebagai seorang Muslim atau yang memeluk agama Islam, menagapa hala tersebut dirasa perlu? Karena denagn mengenal karakter Islam yang sesungguhnya tentu akan berimbas pada bagaimana mereka perperilaku setiap hari.
Ekstrimisme ada pada abad pertengahan saat dimana Gereja dan atau kristen sedang berada pada masa kegelapan, saat itu lahirlah golonan ekstimis Kristen yang menuntut perubahan di ubuh Kristen sendiri. Jadi sebenarnya dalam budaya Islam tidak pernah mengenal apa yang dinamakan Kelompok Islam Ekstrimis apalagi Islam Fundamentalis sebagaimana sang dituduhkan dunia-dunia barat kepada kelompok-kelompok pergerakan Islam yang berkembang pesat seperti Al-Ikhwan Al-Muslimin di Mesir, HTI di Arab serta pergerakan lainnya yang tumbuh semakin besar dan pesat. Islam adalah agama yang universal karena hadir ditengah bangsa yang universal pula, sehingga tidak mungkin jika Islam itu ekstrimis sedangkan bangsa yang menganutnya saja banyak jenisnya, terbuktilah bahwa Islam adalah agama sekaligus ideologi yang Moderat yang tidak akan pernah mengancam dan jadi ancaman bagi pihak manapun.
B. Islam: Iman, Cinta dan Kasih Sayang
Islam turun ke bumi ini dengan tiga semangat utama tadi yaitu Iman, Cinta dan Kasih Sayang. Kekuatn terbesar akan keberadaan Islam yang Kaffah adalah kekutan keimanan pengikutnya, iman telah menjadikan bara api yang menyala setiap saat saat yang akan mengobarkan semangat perubahn serta keikhlasan pengorbanan dan penghambaan kepada Allah swt. Cinta adlah yang membingkai Iman tadi, cainta adalah nurani yang dapat menghaluskan Iman menjadi lembut serta terkendali. Bara api yang mneyala dari kehebatan kekuatan iman jida tidak dikendalikan akan merusak segala sesuatunya, sehingga diperlukan bingkai yang dapat membuatnya semakin indah terasa dalam jiwa dialah cinta. Allah swt menciptakan manusia denagn peuh cinta sehingga menghadirkan manusia yang sempurna, Allah swt mencptakan alam raya ini denagn penuh cinta pula sihngga keteraturannya tidak pernah tersanggahkan sedikitpun. Sedangkan Kasih Sayang adalah wujud dari Cinta itu sendiri, ketika cinta hadir dal qolbu manusia maka aklaknya adalah berupa kasih sayang. Salang berkasih sayang dengan sesama makhluk bukan hanya menjadi perbuatan yang dicontihkan oleh Nabi Muhammad saw, akan tetapi perintah lamgsung dari Allah swt.

No comments:

Post a Comment