Wednesday, October 19, 2011

KARYAWAN DI TANAH LADANG

                Hari itu tak ada yang ku temui, hanya sepotong kayu dan sebilah besi yang selalu ada disampingku. Tak terasa hari sudah menjelang sore, sinar mentari seakan mau habis di makan mega yang mulai menguning. Akupun harus segera pulang dan beristirahat untuk bekerja esok hari.

                Para pekerja sepertiku selalu menghabiskan waktu seharian di tempat kerja. Namun bukan di meja yang mewah dan apartement yang megah, hanya untaian papan yang ditopang oleh beberapa bambu dan kayu yang menumpunya. Atapnya pun hanya terbuat dari tamanan yang telah kering yang kurangkai dan ku ikat dengan tali. Apa? Jerami? Ya,tepat banget. Kalau orang sunda menyebutnya jerami, tanaman padi yang sudah kering yang ku rangkai dan ku ikat tali. Dan gubuk ini aku pakai untuk istirahatku di kala pekerjaanku telah usai.

                Siang telah menjelang, perutku sudah mulai minta jatah untuk makan hari ini. Untuk melanjutkan pekerjaanku tentu aku harus mengisi perutku ini agar badanku kembali segar.  Dengan cepat aku menyiapkan makanan dan semua hidangan telah berada tepat di depanku, aku tinggal melahapnya saja. Namun, mana westaple nya? Hanya genangan air yang kutemui yang berada di sudut tempat kerjaku. Kurasa airnya terlalu keruh untuk aku cuci tangan. Aku harus berjalan terlebih dahulu untuk menemukan aliran air yang mengalir dari sela-sela tanah.

                Lagi-lagi sinar mentari sebentar lagi habis di makan, aku pun harus segera pulang untuk beristirahat dan memulihkan tenagaku untuk aku kerja esok hari. Aku pulang dengan tak sedikit tanah yang menempel di badan dan kakiku, bahkan bajuku harus segera aku ganti karena gatal sudah mulai terasa di punggungku. Aku lekas membersihkan badanku dan bersiap untuk lekas sembahyang dan mengajar mengaji anak-anak di mushola milik pa haji.

                Tak banyak waktu buat ku untuk berkumpul dengan keluargaku, hanya beberapa jam saja aku bisa berkumpul dengan keluargaku. Itu pun kalau aku dapat uang dan bisa makan bersama dengan keluargaku. Tak jarang setelah pulang dari mushola itu aku lekas pergi ke kamar dan beristirahat, karena mungkin hanya tidur yang bisa membuatku lupa akan rasanya lapar di perutku.

                Itulah hari-hariku yang selalu dan selalu begitu, bersusah payah hanya untuk mencari makanan yang akan aku makan beserta keluargaku. Petani payah yang hanya bisa mendapatkan makanan untuk hari itu, yang tak pernah tau esok akan makan atau berpuasa. Namun ku tetap tegar jalani hidup ini, cukuplah Sang Maha Pencipta sebagai tempat bersandar bagi kami dan memberikan berkah makanan untuk kami.
                                    

Created by : ramdhanfikri25.blogspot.com

No comments:

Post a Comment