Monday, November 7, 2011

Laporan Agrobisnis Analisis SWOT

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Dalam bidang agribisnis didapat berbagai istilah yang dapat digunakan secara bersamaan (interchangeable), misalnya pemasaran produk pertanian (agricultural product marketing) dan pemasaran produk makanan (food marketing), dimana untuk tujuan terbatas istilah tersebut dapat digunakan secara umum. Agribisnis dapat didefinisikan sebagai keseluruhan kegiatan meliputi manufaktur, distribusi kebutuhan usahatani, proses produksi usahatani, penyimpanan, pengolahan, serta distribusi hasil atau komoditas dari usahatani dan jenis lainnya. Definisi lain yang dapat disebutkan mengatakan bahwa agribisnis adalah setiap kegiatan perusahaan yang dimaksudkan untuk mencapai laba, meliputi bahan-bahan pertanian atau pengolahan, pemasaran, transportasi, serta distribusi material dan produk-produk konsumen. Sedangkan Ewel Roy mendefinisikan agribisnis sebagai pengetahuan yang mengkoordinasikan masukan pertanian, input, seterusnya produksi, pengolahan, serta distribusi produk makanan dan serat.
Bidang agribisnis menjadi lebih berkembang dewasa ini karena produk-produknya dihasilkan dalam berbagai bentuk yang sedemikian rupa sehingga mudah dikonsumsi dan dapat memenuhi pola konsumsi masyarakat modern. Sepertinya sudah tidak mengherankan lagi ketika anda memasuki supermarket dan menyaksikan produk pertanian seperti buah-buahan,biji-bijian, kacang-kacangan serba tersedia; dan mungkin tidak perlu mempersoalkan lagi di mana semua itu dihasilkan, diangkut, dikemas dengan baik; sehingga bisa sampai di tempat tujuan. Konsumen menyaksikan ini dan merasa semuanya siap dikonsumsi. Padahal setiap industri yang terlibat di dalamnya dengan seksama mengelola seluruh input (mulai dari bibit, pupuk pemeliharaan, panen, kepakan) hingga ada pengiriman ke tempat lain. Kegiatan yang terdapat di dalamnya sesungguhnya menarik dan kompleks. Kegiatan ini sangat kompleks karena melibatkan banyak kegiatan pada satu perusahaan dan melibatkan Pemerintah; kebijakan pemerintah – politik dalam mempertahankan dan mengembangkan satu komoditi.

B.     Tujuan
·         Mahasiswa mampu mengetahui apa yang dimaksud dengan analisis SWOT
·         Mahasiswa mampu mengetahui factor internal dan eksternal dalam analisis SWOT
·         Mahasiswa mampu mengetahui apa saja yang termasuk dalam factor internal dan factor eksternal dari analisis SWOT
·         Mahasiswa mampu mengetahui aplikasi analsis SWOT dalam pengembangan agribisnis yang ada.
BAB II
PEMBAHASAN
Analisis SWOT adalah metode perencanaan strategis yang digunakan untuk mengevaluasi kekuatan (strengths), kelemahan (weaknesses), peluang (opportunities), dan ancaman (threats) dalam suatu proyek atau suatu spekulasi bisnis. Keempat faktor itulah yang membentuk akronim SWOT (strengths, weaknesses, opportunities, dan threats). Proses ini melibatkan penentuan tujuan yang spesifik dari spekulasi bisnis atau proyek dan mengidentifikasi faktor internal dan eksternal yang mendukung dan yang tidak dalam mencapai tujuan tersebut. Analisa SWOT dapat diterapkan dengan cara menganalisis dan memilah berbagai hal yang mempengaruhi keempat faktornya, kemudian menerapkannya dalam gambar matrik SWOT, dimana aplikasinya adalah bagaimana kekuatan (strengths) mampu mengambil keuntungan (advantage) dari peluang (opportunities) yang ada, bagaimana cara mengatasi kelemahan (weaknesses) yang mencegah keuntungan (advantage) dari peluang (opportunities)yang ada, selanjutnya bagaimana kekuatan (strengths) mampu menghadapi ancaman (threats) yang ada, dan terakhir adalah bagimana cara mengatasi kelemahan (weaknesses) yang mampu membuat ancaman (threats) menjadi nyata atau menciptakan sebuah ancaman baru.
Menurut Daniel Start dan Ingie Hovland Analisis SWOT adalah instrument perencanaaan strategis yang klasik. Dengan menggunakan kerangka kerja kekuatan dan kelemahan dan kesempatan ekternal dan ancaman, instrument ini memberikan cara sederhana untuk memperkirakan cara terbaik untuk melaksanakan sebuah strategi. Instrumen ini menolong para perencana apa yang bias dicapai, dan hal-hal apa saja yang perlu diperhatikan oleh mereka. Kerangka SWOT – sebuah matrix dua kali dua – sebaiknya dikerjakan dalam suatu kelompok yang terdiri dari anggota kunci tim atau organisasi. Pertama, penting untuk diketahui dengan jelas tentang apa tujuan perubahan kunci, dan terhadap tim atau organisasi apa analisis SWOT akan dilakukan. Setelah pertanyaan-pertanyaan ini dijelaskan dan disepakati, mulailah dengan brainstorming gagasan, dan kemudian setelah itu dipertajam dan diperjelas dalam diskusi. Perkiraan mengenai kapasitas internal dapat membantu mengidentifikasi dimana posisi sebuah proyek atau organisasi saat ini: sumberdaya yang dapat segera dimanfaatkan danmasalah yang belum juga dapat diselesaikan. Dengan melakukan hal ini kita dapat mengidentifikasi dimana/kapan sumberdaya baru, keterampilan atau mitra baru akan dibutuhkan.
Contoh analisis SWOT dalam Strategi Pengembangan Agribisnis Komoditas Unggulan Peternakan Di Kota Bengkulu.
Usaha bidang peternakan yang dilakukan di Kota Bengkulu di samping untuk memenuhi kebutuhan daerah juga sebagai sumber pemasukan perekonomian daerah dengan memasarkan sebagian komoditas peternakan ke luar daerah. Untuk meningkatkan peran sub sektor peternakan dalam meningkatkan perekonomian masyarakat dan pemasukan bagi daerah maka agribisnis bidang peternakan memberikan peluang bagi pelaku agribisnis untuk dikembangkan baik pada sub sistem penyediaan sarana produksi, sub sistem budidaya (on farm) maupun sub sistem pemasaran (off farm).
Masalah yang dihadapi dalam meningkatkan peran subsektor peternakan untuk meningkatkan pendapatan masyarakat dan pembangunan perekonomian di Kota Bengkulu adalah belum ditentukannya komoditas unggulan yang paling menguntungkan untuk dikembangkan, belum ditentukannya faktor-faktor strategi yang mempengaruhi pengembangan agribisnis komododitas unggulan peternakan, upaya yang dapat dilakukan, serta bagaimana strategi pengembangan agribisnis komoditas unggulan peternakan di Kota Bengkulu.
Tujuan dari penelitian ini adalah: (1) Menentukan komoditas unggulan dalam agribisnis subsektor peternakan di Kota Bengkulu, (2) Mengidentifikasi dan mengevalusi faktor-faktor yang mempengaruhi pengembangan agribisnis komoditas unggulan peternakan di Kota Bengkulu, (3) Mengevaluasi kemampuan strategi sekarang dalam merespon faktor eksternal maupun faktor internal, (4) Menentukan alternatif strategi berdasarkan analisis faktor lingkungan yang berpengaruh dalam pengembangan agribisnis komoditas unggulan dan (5) Menentukan prioritas strategi untuk mengembangkan agribisnis komoditas unggulan peternakan di Kota Bengkulu.
Responden dalam penelitian ini dibagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok pakar/ahli dan pengambil kebiijakan yang diambil secara sengaja (purposive sampling) dengan pertimbangan pengetahuan, keterampilan dan keahlian sesuai dengan bidang yang diteliti. Untuk mendapat masukan dari masyarakat berupa peternak dan kelompok tani peternak responden diambil secara acak (random sampling) dari beberapa kelompok peternak dan peternak yang ada di Kota Bengkulu.
Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah Metode Perbandingan Eksponensial (MPE) yang digunakan untuk menentukan komoditas unggulan peternakan. Analisis terhadap faktor-faktor strategis eksternal dan faktor-faktor strategis internal yang berpengaruh dan dievalusi dengan matriks External Factor Evaluation (EFE) dan Matriks Internal Factor Evaluation (IFE). Analisis SWOT digunakan untuk mendapatkan alternatif strategi yang dapat digunakan dalam pengembangan agribisnis komoditas unggulan. Analisis yang digunakan untuk menentukan strategi yang paling menarik atau prioritas untuk dilaksanakan dengan menggunakan analisis Quantitative Strategic Planning Matrix (QSPM).
Dari hasil analisis dengan menggunakaan Metode Perbandingan Eksponensial (MPE) maka didapat komoditas unggulan untuk dikembangkan di Kota Bengkulu secara berurutan adalah ayam ras pedaging dengan nilai rating 11.39, ayam ras petelur dengan nilai rating 11.30, ayam buras (bukan ras) dengan nilai rating 11.18, sapi potong dengan nilai rating 10.99 dan kambing dengan nilai rating 10.95. Kriteria yang digunakan dalam analisis MPE adalah jumlah ternak, kemudahan dan ketersediaan sarana produksi, keterampilan peternak, produksi dan produktifitas, teknologi, peluang pasar, sarana dan prasarana pendukung, tradisi sebagai mata pencaharian, sesuai dengan kebijakan pemerintah dan sesuai dengan kondisi lingkungan.
Faktor-faktor strategis internal berupa kekuatan (strengths) dalam pengembangan agribisnis komoditas unggulan adalah;
a.       Lahan untuk usaha peternakan masih tersedia,
b.      Iklim cocok untuk usaha,
c.       Tersedianya tenaga kerja
d.      Usaha peternakan sebagai sumber pendapatan utama keluarga,
e.       Sumberdaya manusia yang dimiliki dinas peternakan
f.       Keberadaan lembaga pembina,
g.      Usaha peternakan dapat memanfaatkan sumberdaya alam yang ada
h.      Transportasi lancar.
Faktor-faktor yang merupakan kelemahan (weaknesses) adalah;
a.       Keterampilan peternak yang masih rendah,
b.      Keterbatasan modal usaha,
c.       Ketergantungan bibit dan pakan ternak dari luar daerah,
d.      Angka kematian ternak masih tinggi,
e.       Kelompok peternak belum berfungsi,
f.       Sarana listrik dan air bersih masih kurang.
Dari matriks IFE didapat nilai 2.757 yang menunjukkan strategi yang dilaksanakan saat ini mampu menggunakan kekuatan yang ada dan meminimalkan kelemahan.
Faktor-faktor strategis eksternal berupa peluang (opportunities)  dalam pengembangan agribisnis komoditas unggulan adalah;
a.       Permintaan pasar yang selalu meningkat,
b.      Adanya lembaga permodalan/perbankan,
c.       Peningkatan peran agribisnis dan agroindustri,
d.      Perkembangan teknologi bidang peternakan
e.       Adanya pola kemitraan.
Faktor-faktor yang berupa ancaman  (threats)  adalah;
a.       Kondisi ekonomi yang belum stabil,
b.      Masuknya produk dari luar daerah,
c.       Kondisi politik dan keamanan,
d.      Pajak dan retribusi,
e.       Harga obat hewan semakin tinggi.
Dari matriks EFE didapat nilai 2.678 yang menunjukkan strategi yang ada saat ini mampu merespon peluang yang ada dan meminimalkan ancaman eksternal untuk pengembangan agribisnis komoditas unggulan di Kota Bengkulu.
Alternatif strategi yang dapat dilakukan sesuai dengan lingkungan eksternal dan internal yang didapat dari hasil analisis SWOT adalah; (1) Mendorong terbentuknya perusahaan pembibitan dan pakan ternak untuk menghindari ketergantungan dari daerah luar, (2) Menciptakan kondisi yang mendukung untuk menarik investor dari luar daerah, (3) Pengembangn pola kemitraan antara peternak dengan perusahaan lokal sebagai penyedia bibit dan pakan ternak, (4) Penyediaan modal usaha dengan bunga yang kompetitif, (5) Membangun sarana dan prasarana pendukung usaha, (6) Mendorong dan memberikan perlindungan kepada usaha kecil dan menengah bidang peternakan yang ditetapkan dengan peraturan daerah dan diwujudkan dalam APBD (7) Melakukan pembinaan terhadap peternak secara terpadu, (8) Meningkatkan peran dan fungsi dinas peternakan sebagai instansi teknis pemerintah daerah bidang peternakan dan didukung dengan kebijakan yang berpihak kepada petani peternak dan (9) mengefektifkan fungsi asosiasi peternak unggas yang ada di Kota Bengkulu.
Strategi prioritas yang dapat dilaksanakan dalam pengembangan agribisnis komoditas unggulan peternakan di Kota Bengkulu dari hasil analisis QSPM didapatkan hasil sebagai berikut; Prioritas pertama dengan Total Attractiveness Score 6.439 adalah melalui pengembangan pola kemitraan antara peternak dan pemilik modal dan menciptakan kondisi yang mendukung untuk menarik investor dari luar daerah. Prioritas kedua dengan Total Attractiveness Score 6.032 adalah dengan pembangunan sarana dan prasarana pendukung serta pembuatan pabrik pakan ternak dan usaha pembibitan. Prioritas ketiga dengan Total Attractiveness Score 5.610 adalah dengan mendorong dan memberikan perlindungan kepada usaha kecil dan menengah (UKM) bidang peternakan ayam ras pedaging serta melakukan pembinaan secara terpadu. Prioritas keempat dengan Total Attractiveness Score 4.326 yaitu meningkatkan peran dan fungsi dinas peternakan sebagai instansi teknis pemerintah daerah bidang peternakan dan didukung dengan kebijakan yang berpihak kepada petani peternak.
Dari penelitian ini dapat disimpulkan komoditas unggulan peternakan untuk dikembangkan di Kota Bengkulu adalah ayam ras pedaging. Kondisi lingkungan eksternal dan internal dengan nilai matriks EFE 2.678 dan matriks IFE 2.757 menunjukkan strategi yang ada saat ini mampu merespon kondisi eksternal dan internal untuk pengembangan agribisnis komoditas unggulan peternakan. Prioritas pertama dalam melaksanakan strategi ini adalah dengan mengembangkan pola kemitraan antara peternak dan pemilik modal dan menciptakan kondisi yang mendukung untuk menarik investor dari luar daerah. Prioritas kedua adalah pembangunan sarana dan prasarana pendukung serta pembuatan pabrik pakan ternak dan usaha pembibitan dan prioritas ketiga adalah mendorong dan memberikan perlindungan kepada usaha kecil dan menengah (UKM) bidang peternakan ayam ras pedaging serta melakukan pembinaan secara terpadu. Saran yang dapat diberikan dalam penelitian tentang strategi pengembangan agribisnis komoditas ungulan peternakan di Kota Bengkulu adalah perlu adanya; (1) Peraturan daerah yang dituangkan dalam bentuk Perda untuk mengatur tentang pola kemitraan, (2) Penelitian atau kajian tentang skala ekonomi (economies of scale) pemeliharaan ayam ras pedaging, (3) Dukungan pemerintah daerah dan dinas peternakan untuk mengefektifkan asosiasi peternak unggas yang ada terutama dalam hal informasi pasar dan penentuan harga, (4) Pembinaan dan bimbingan secara intensif dari dinas peternakan untuk meningkatkan keterampilan peternak melalui penyuluhan dan pelatihan serta (5) Mengaktifkan kembali kelompok tani peternak.
Contoh analisa SWOT dalam pertanian ( Usaha Budi Daya Tanaman Kopi )
Analisa SWOT
Dalam menetapkan strategi dan kebijakan pengenmbangan perkopian Indonesia ke depan digunakan analisis SWOT. Identifikasi peluang dan ancaman ( tantangan ) yang dihadapai suatu industry serta analisis terhadap factor-faktor kunci menjadi bahan acuan dalam menetapkan strategi dan kebijakan penanganan perkopian.
Analisis SWOT yaitu analisa kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman ( Strength, Weakness, Opportunities, dan Treats). Analisa SWOT merupakan identifikasi yang bersifat sistematis dari factor –faktor kekuatan dan kelemahan organisasi serta peluang dan ancman lingkungan luar dan strategi yang menyajikan kombinasi terbaik diantara keempatnya. Setelah diketahui kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman, barulah perusahaan dapat menentukan strategi dengan memanfaatkan kekuatan yang dimilikinya untung mengambil keuntungan dar peluang-peluang yang ada, sekaligus memperkecil atau bahkan mengatasi kelemahan yang dimiliki untuk menghindari ancaman yang ada.  
Matriks SWOT digunakan untuk menyusun strategi organisasi atau perusahaan yang menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman yang dihadapi organisasi perusahaan dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan organisasi perusahaan. Matriks ini menghasilkan empat kemungkinan alternative strategi yaitu strategi S-O, strategi W-O, strategi S-T dan strategi W-T.
Untuk lebih jelasnya kondisi industry perkopian Indonesia, apakah masih mempunyai peluang dalam pengembangannyan atau tidak relevan lagi saat ini, hendaknya kita menganalisis terlebih dahulu dengan menggunakan analisis SWOT.
Kekuatan ( Strength )
1.      Tersedianya berbagai peket teknologi dari mulai prapanen, panen dan pasca panen yang telah dikembangkan ke masyarakat petani perkebun
2.      Tersedianya keragaman produk kopi baik dalam bentuk regular coffe atau specialty coffe
3.      Masih terbukanya peluang pengembangan Product development dalam bentuk kopi setengah jadi ( roasted coffe ) maupun kopi jadi ( soluble dan instant coffe )
4.      Ketersedianya lahan dan agroklimat yang sesuai, khususnya pengembangan kopi Arabika
5.      Biaya produk relative lebih rendah
Di Indonesia memiliki sedikitnya tujuh macam kopi specialiti yang telah dikenal dunia seperti
·         Gayo Mountain Coffe dari dataran tinggi Takengon, Aceh Tengah
·         Mandheling dan Lintong coffe dari Sumatra utara
·         Jaya Coffe dari dataran Tinggi Ijen, Jawa Timur
·         Toraja / Kalosi Coffe dari dataran tinggi Tana Toraja, Sulawesi Selatan
·         Bali Coffe dari dataran tinggi Kintamani, Bali
·         Flores Coffe dari dataran tinggi Manggarai, Nusa Tenggara Timur dan
·         Balliem Highland coffe dari dataran tinggi jaya wijaya, irian jaya

Kelemahan ( Weaknesses )
1.      Rendahnya produktivitas kopi di Indonesia, baik kopi Robusta maupun Arabika
2.      Belum proposionalnya komposisi kopi Arabika dan Robusta. Pertanaman kopi dunia mendominasi dibandingkan dengan kopi Arabika, sedangkan permintaan kopi dunia hingga saat ini masih didominasi oleh Arabika dengan pangsa pasar >70%
3.      Terbatasnya ketersedian lahan yang memadai
4.      Terbatasnya panen kopi
5.      Rendahnya kualitas mutu kopi Indonesia
6.      Kurangnya sasaran dan prasarana yang mendukung industry kopi, khususnya untuk kopi Arabika yang menuntut lingkungan dengan suhu rendah, yang hanya terdapat pada dataran tinggi di pegunungan.
7.      Kurangnya informasi pasar dalam mengifisienkan sistem tataniaga.
8.      Pemilikan lahan yang rata-rata masih sempit yaitu seluas 0,69 ha per KK
9.       Terbatasnya atau lemahnya kelembagaan petani dalam posisi rebut pasar ( bargaining position )
10.  Ditinjau dari aspek hukum belum banyak produk kopi yang tergolong dalam produk specialty secara legal memiliki hak paten
11.  Penerapan teknologi ( agronomi, pasca panen dan pengolahan ) yang amat terbatas.
Peluang ( Opportunities )
Peluang pasar kopi Indonesia khususnya dimasa mendatang masih cukup cerah, dengan beberapa indicator sebagai berikut.
1.      Distribusi supplay dan demand kopi dunia. Diasumsikan bahwa, meskipun produksi dunia mengalami sedikit peningkatan, namun lebih diakibatkan adanya kecendrungan meningkatnya kopi Robusta di wilayah Asia pasifik. Sedangkan kopi Arabika dirasakan beberapa tahun terakhir mengalami fluktuasi dan cenderung mengalami penurunan.
2.      Perkembangan harga kopi dunia. Menurut ICO, perkembangan harga rata-rata kopi arabika selalulebih tinggi dibandingkan harga kopi robusta, maka dapat diasumsikan bahwa pengembangan agribisnis kopi arabika memilki kecendrungan yang lebih prosfectif di bandingkan dengan robusta
3.      Perkembangan konsumsi kopi dunia ( terutama negarta import ) cukup baik sehingga pasar dan permintaan baru akan terbuka.

Ancaman ( Treaths )
1.      Adanya ancaman dari minuman lain. Dewasa ini kecendrungan budaya minum kopi khususnya di pasar tradisional mengalami perubahan yaitu dari “hot beverages” ke “cold beverages” yaitu peralihan minuman ke soft drink.
2.      Penyimpangan iklim.perubahan iklim yang akhir-akhir ini sulit diperkirakan akan berdampak terhadap penyimpangan tipe iklim di suatu wilayah. Sementara tanaman kopi dalam stadia-stadia tertentu sangat rentan terhadap pengaruh kekurangan dan kelebihan air yang akan berakibat pada penurunan produksi.
3.      Kelangkaan tenaga kerja. Angkatan kerja di pedesaan kurang berminat bekerja di perkebunan hal ini dikarenakan tingkat upah yang diterima masih dirasakan relative rendah.
4.      Perkembangan produksi yang besar dinegara lain ( Vietnam ) sangat tinggi menyebabkan persaingan pasar tinggi.





Alternative Strategi
1.      Strategi S-O
·         Pengembangan area selain didasarkan pada kesesuian lahan juga dengan pertimbangan memiliki daya kompetitif dan komperatif secara antar dan intra wilayah serta pertimbangan permintaan pasar/ konsumen baik domestic maupun dunia
·         Mengisi dan meningkatkan peluang pasar yang tersedia baik domestic maupun internasional serta mempertahankan pasar yang telah ada melalui berbagai upaya promosi baik dalam dan luar negri termasuk mendukung agrowisata.
·         Pengembangan iklim usaha yang kondusif untuk investasi dibidang perkopian, khususnya berupa kebijakan yang diterapkan secra konsisten dan berkesinambungan.
2.      Strategi W-O
·         Optimalisasi ketersediaan dan pemanfaatan sarana dan prasarana yang diperlukan dalam mendukung peningkatan kualitas tanaman dan produk yang dihasilkan.
·         Menumbuh kembangkan fungsi kelembagaan dan kemitraan yang berazaskan kebersamaan ekonomi.
·         Optomalisasi usaha tani dalam luasan skala usaha dan ekonomis baik ditingkat petani maupun usaha menengah dan besar.
3.      Strategi S-T
·         Penajaman wilayah potensial yang berkelayakan teknis dan tanaman dalam upaya meningkatkan produktivitas tanaman dan lahan
·         Mendukung pelestarian lingkungan yang berkelanjutan melalui perwujudan usaha perkebunan kopi yang ramah lingkungan ( environmental friendly coffe )
4.      Strategi W-T
·         Melakukan koordinasi dengan berbagai instansi terkait dalam rangka legalisasi produk-produk kopi special ( specialty dan bio coffe ) untuk mendapatkan nama dagang ( trade mark ) atau hak paten dari produk-produk yang bersangkutan.
·         Sosialisasi penerapan sistem manajemen mutu ( SNI, ISO, HACCP ) diikuti dengan perbaikan melalui penerapan “reward” dan “punishment” terhadap pembelian produk
·         Meningkatkan jaminan keamanan berusaha terhadap segala bentuk penjarahan, perambahan atau aktivita serupa lainnya


Alternative Kebijakan

No comments:

Post a Comment